KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

POLITEKNIK NEGERI MALANG

KELAS JTD 2A, 2B, 2C, 2D


Sunday, March 29, 2020

Jihan Intan 2C / 14

Bab 20 ERGONOMICS

I.                     tujuan.

Pastikan faktor risiko ergonomis dikelola untuk mencegah cedera yang berkaitan dengan pekerjaan atau penyakit. Program ini akan memberikan kerangka kerja untuk aktivitas yang diperlukan untuk mengidentifikasi, mengelola, mengendalikan dan menghapuskan bahaya ergonomis di tempat kerja.

II.                   Cakupan.

Program ini berlaku bagi semua karyawan sementara menjalankan bisnis resmi pemerintah. Program ini bertujuan untuk menangani kegiatan yang membutuhkan kekuatan signifikan, postur canggung dan statis, gerakan berulang, getaran dan faktor risiko lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan.

 

III. Definisi.

A. kontrol administrasi. Perubahan dalam cara kerja diberikan atau dijadwalkan akan mengurangi besarnya, frekuensi atau durasi paparan dari faktor-faktor risiko ergonomis.

B. Ergonomics. Sains tentang pekerjaan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki tubuh yang berpengetahuan tentang kesanggupan dan keterbatasan fisik serta karakteristik manusia lainnya yang relevan dengan rancangan pekerjaan.

C. kontrol rekayasa. Perubahan fisik terhadap pekerjaan yang menghilangkan atau mengurangi kehadiran bahaya ergonomis. Contoh kontrol rekayasa dapat mencakup mengubah, memodifikasi, atau merancang ulang tenaga kerja, alat, fasilitas, peralatan, materi atau proses.

D.Faktor risiko ergonomis. Aspek pekerjaan yang mengirimkan stres biomekanik kepada karyawan, seperti tenaga yang kuat, pengulangan, postur canggung atau statis, stress kontak dan getaran.

E. Ergonomic Injuries and disease. Cedera dan penyakit pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan dan cakram tulang belakang. Tidak termasuk cedera akibat slip, perjalanan, jatuh atau kecelakaan serupa lainnya. Contoh cedera dan penyakit ergonomis antara lain: sindrom terowongan karpal, penyakit De Quervain, penyakit Sciatica, epikondisit, Tendonitis, piringan tulang belakang yang disunting dan nyeri punggung rendah.

 F. tanda dan gejala. Temuan fisik atau indikasi fisik yang objektif bahwa seorang karyawan mungkin mengalami cedera atau penyakit ergonomis.


Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Faktor Ergonomi sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja diakibatkan kecelakaan.

Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan risiko sakit atau cacat dapat dipaparkan sebagai berikut:

a.         Repetitive Motion

Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.

 

b.      Awkward Postures

Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back seperti aktivitas mengangkat benda.

 

c.       Contact stresses

Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.

 

 

d.        Vibration

Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.

 

e.         Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)

Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.

 

f.         Duration

Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.

 

g.        Static Posture

            Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.

Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)

 

h.      Physical Environment; Temperature & Lighting

Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-alat pendingin dapat mengurangi  keterampilan tangan dan merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja  dapat menurunkan resiko ergonomik.  tekanan udara  panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan  dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang bisa fatal.

i.    Other Condition

 Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk  belajar satu macam kemampuan ataun tugas