KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

POLITEKNIK NEGERI MALANG

KELAS JTD 2A, 2B, 2C, 2D


Tuesday, July 10, 2018

18 JTD E 16

B.3.SMK3

·         Menurut Occupational Health And Safety Assessment series (OHSAS)

18001:2017 OHS management system : part of an organization's

Management system used to develop and implement its OH&- S policy

And manage OH&-Sriks.

1.       A management system includes is a set of interralated element used to esabilsh policy and objectives and to achieve those objective,

2.       A management systems includes organizational structure planning activities (including for example, risk assessment and the setting of objective), responsibilities practise,procedures process and resources.

·         Di Indonesia telah di kembangkan SMK3 dari departemen tenaga Kerja RI, dan telah di implementasikan oleh berbagai perusahaan. Audit SMK3 dilakukan oleh PT. Sucofindo. Audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen untuk menentukan suatu kegiatan hasil-hasil yang berkaitan dengan prosedur yang di rencanakan dan dilaksanakan secara efektif. Audit ini bertujuan untuk membuktikan dan mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja.


18 JTD E 21

D. KEBIJAKAN MANAJEMEN

  • Siklus manajemen :

    PLAN – DO – CHECK – ACTION

    (disingkat P – D – C - A)
  • PLAN

    Yaitu perencanaan system manajemen  organisasi (SMO)
  • DO

    Yaitu implementasi SMK3
  • CHECK

    Yang berisi kegiatan  pemeriksaan atau pengukuran dan pemantauan jalannya implementasi
  • ACTION

    Yaitu tindakan perbaikan atau tinjauan manajemen, setelah hasil pemeriksaan dilaporkan kepada manajemen

18JTDA03

Filosofi K3

Filosofi dasar keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.

Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standart aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan resiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.


18JTDA22

Contoh Hitungan

PT. Kaniogan dalam semester 1 tahun 1983 dengan jumlah jam kerja 260.000 jam, telah terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan:

a.       1 orang kehilangan sebelah mata

b.      1 orang kehilangan sebelah ibu jari

c.       1 orang kehilangan kelingking

d.      12 orang sementara tidak mampu masuk kerja selama 150 hari

Analisa:

a.       1 orang kehilangan sebelah mata        =          1.800 hari

b.      1 orang kehilangan sebelah ibu jari     =          600 hari

c.       1 orang kehilangan kelingking            =          200 hari

d.      12 orang sementara tidak mampu
masuk kerja selama 150 hari               =          150 hari

Jumlah                                                 =          1.750 hari   


18JTDA05

Sejarah k3

1. Era revolusi industri (abad XVIII)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan k3 adalah pergantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi

2. Era industrialisasi

Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20, penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi (APD, safety device, interlock, dan alat-alat pengaman)

3. Era Manajemen

Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.

4. Era Mendatang

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas.


18JTDC11

Titik Nyala

- Titik nyala sering dikatakan sebagai peletup

- Penyebabnya adalah :

a. Gesekan

b. Loncatan Listrik

c. Percikan Api

d. Panas

e. Tekanan

f. Dll.

- Pada bahan bahan tertentu, panas/titik nyala dapat menyebabkan
terbakarnya bahan tersebut tanpa adanya penyalaan api terlebih dahulu.

18JTDC11

18B03

ANALISIS  RESIKO

Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atas tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
Jenis bahaya:
a.       Bahaya mekanis
b.      Bahaya listrik
c.       Bahaya kimiawi
d.      Bahaya fisis
e.       Bahaya biologis
Sumber bahaya:
a.       Bahan eksplosif
b.      Bahan yang mengoksidasi
c.       Bahan yang mudah terbakar
d.      Bahan beracun
e.       Bahan korosif
f.        Bahan radioaktif

18 JTDC 18

MENCEGAH API TUMBUH

 

Jika api tidak segera dikuasai dan semakin membesar, maka diperlukan langkah untuk :

A ). Melokalisir air

B ). Melakukan pendinginan

C ). menguraikan bahan yang terbakar

 

Dari gambar segitiga api dapat dijelaskan bagaimana cara menangani agar api tidak tumbuh yakni :


Cara Pendinginan 

Metoda pemadaman kebakaran dengan cara pendinginan dilakukan dengan penyemprotan air ke arah sumber api. 

Alat yang digunakan adalah pompa-pompa air,  slang dan alat penyemprotnya atau nozzle.   Alat penyemprot air bermacam-macam jenisnya, 

dan ada yang dilengkapi dengan alat pengaturan untuk menghasilkan pancaran air yang lurus atau pancaran air yang menyebar.  
Pancaran air yang lurus digunakan bila sumber api kebakaran terlihat dengan jelas,  misalnya bagian rumah yang terbakar yang berupa kayu atau bahan lain. Sedangkan pancaran air yang menyebar digunakan bila sumber api kebakaran tidak diketahui dengan jelas karena tertutup asap tebal.  Pancaran menyebar dimaksudkan untuk pendinginan atau untuk mengurangi kadar panas agar api tidak menjalar ( mengurung sumber api kebakaran ). 

 

Cara Isolasi 

Metoda pemadaman kebakaran dengan Cara pengIsolasian bertujuan untuk mengurangi kadar oksigen di lokasi sumber api, 

atau mencegah agar api tidak bereaksi dengan oksigen yang ada di udara bebas. contohnya menutup sumber api dengan karung 

atau handuk yang telah dibasahi air biasa digunakan untuk memadamkan kompor yang menyala tidak terkendali.

selain itu bisa menggunakan pasir atau tanah untuk menimbun benda yang terbakar. Metoda isolasi ini banyak 

diterapkan untuk menciptakan alat-alat pemadam kebakaran portable,  misalnya pemadam api CO2,  Busa, Bubuk Kimia Kering

( Dry Chemical Powder ).

 

Bahan Bakar 

adalah setiap bahan atau benda yang dapat terbakar. Bahan bakar juga dapat diartikan sebagai material dengan suatu jenis energi 

yang bisa diubah menjadi energi berguna lainnya. Dalam konteks ini bahan bakar merubah energi panas menjadi api. Secara umum 

bahan bakar terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

 

1. Padat diantaranya kayu, kertas, karet, batu bara, dan lain-lain;
2. Cair diantaranya bensin, solar, minyak tanah, spirtus dan lain-lain;

3. Gas diantaranya LPG, LNG, dan lain-lain.

Bahan bakar merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha pemadaman api. Sebab cara terbaik dalam memadamkan api 

adalah dengan memutus segitiga api pada sisi bahan bakar. Api karena tumpahan minyak dan bensin tidak bisa dipadamkan 

dengan air. Karena minyak akan mengambang di atas air. Untuk itu, perlu menggunakan handuk basah, pasir atau gas CO2. 

 


18 JTDE 03

AMDAL

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) diperkenalkan pertama kali tahun 1969 oleh National Enviromental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No.32/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No.27/1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

18B18

PENGENDALIAN RESIKO
l. Implementasi
   Implementasi yang dimaksus adalah penerapan langkah-langkah yang telah diuraikan di atas pada tempat kerja.
m. Teknis
ü  Eliminasi: penghilangn sumber bahaya
ü  Subtitusi: mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya
ü  Isolasi: proses kerja yang berbahaya disendirikan
ü  Enclosing: mengurangi/memagari sumber bahaya
ü  Ventilasi
ü  Maintenance
n. Administrasi
ü  Monitoring lingkungan kerja
ü  Pendidika  dan pelatihan
ü  Labelling
ü  Pemerikaan kesehatan
ü  Rotasi kerja
ü  Housekeeping: 5s
ü  Sanitasi yang bersih dan penyediaan fasilitas kesehatan

18JTDC02

PENGENDALI RESIKO
Mencegah dan menanggulangi kecelakaan antara lain :
Penanggulangan kecelakaan
Penanggulangan kecelakaan di dalam lift
·         Pasang rambu-rambu dan petunjuk yang mudah dibaca oleh pengguna jika terjadi keadaan darurat
·         Jangan memberi muatan lift melebihi kapasitasnya
·         Jangan membawa sumber api terbuka didalam lift
·         Jangan merokok dan membuang putung rokok didalam lift
·         Jika terjadi pmutusan aliran listrik maka lift akan berhenti dilantai terdekat dan lift segera terbuka sesaat setelah berhenti. Segera keluar dari lift dengan hati-hati
Penanggulangan kecelakaan terhadap zat berbahaya
Zat berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatanya pengelolaannya pengangkutannya penyimpanannya dan penggunaannya menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan,korosi, matilemas, keracunan, dan bahaya-bahaya lainnya terhadap gangguan keshatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkannya kerusakan bnda atau harta kekayaan.

18JTDC19

MENGONTROL ASAP

·         Sebagian besar bahan yang terbakar menghasilkan asap. Asap yang berupa gas yang mengandung berbagai unsur, sangat membahayakan kesehatan.

·         Bahkan banyak korban jiwa dalam kejadian kebakaran yang disebabkan karena menghirup asap yang berlebihan, oleh sebab itu timbulnya asap harus dapat ditangani dengan baik.

·         Cara penanganan asap:

1.      Penerapan tata udara sesuai standar pada suatu bangunan

2.      Pemasangan alat deteksi asap

3.      Pemasangan instalasi smoke vent